Siap Menyongsong Era Digital: SMA Negeri 1 Wirosari Mengadopsi Aplikasi Skul.id untuk Efisiensi Administrasi
Di era di mana informasi bergerak secepat klik dan sentuhan, dunia pendidikan pun dituntut untuk beradaptasi, termasuk SMA Negeri 1 Wirosari. Di tengah gelombang perubahan ini, muncul berbagai aplikasi yang menjanjikan solusi.
SMAN 1 Wirosari menerapkan aplikasi penunjang yaitu Skul.id, sebuah platform manajemen sekolah yang menawarkan integrasi mulai dari presensi, penilaian akademik, hingga komunikasi dengan orang tua. Platform ini hadir sebagai jawaban atas tantangan klasik di dunia pendidikan: kerumitan administrasi, keterbatasan waktu guru, dan kesenjangan informasi antara sekolah dan rumah.
Perspektif Guru dan Pihak Sekolah: Evaluasi Efektivitas dan Tantangan Penerapan
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mustikorini, S.Pd. selaku Waka Kurikulum dan Bapak Wahyu Arief Setyawan, S.S. sebagai salah satu admin aplikasi, penerapan Skul.id di SMAN 1 Wirosari memiliki landasan strategis yang jelas, fokus pada peningkatan akurasi dan kedisiplinan. Implementasinya dilakukan secara bertahap dan hati-hati sebagai sebuah percobaan untuk mengevaluasi kelayakan aplikasi ini bagi sekolah.
Dari sisi kurikulum, penerapan Skul.id dipandang sebagai alat yang dapat merevolusi sistem penilaian dan presensi. Ibu Mustikorini menjelaskan bahwa aplikasi ini diharapkan dapat menghasilkan penilaian yang lebih valid dibandingkan platform seperti Google Form, dengan mencegah kecurangan selama ujian. Seperti yang beliau katakan, "Skul.id nanti kan digunakan untuk ulangan, tetapi tidak bisa belah layar. Harapannya itu, jadi lebih valid hasilnya."
Selain itu, sistem presensi biometrik dianggap sebagai alat pendisiplinan yang non-kekerasan. Beliau berharap, "Harapan jangka panjang, siswa terbiasa melakukan sesuatu kegiatan, ini arahnya ke disiplin tanpa perlu ada kekerasan."
Sementara itu, dari sudut pandang administrasi dan teknis, sekolah mengadopsi pendekatan yang sangat praktis dan evaluatif. Pak Wahyu Arief mengungkapkan bahwa pemilihan Skul.id didasari oleh pertimbangan biaya dan kelengkapan fitur untuk uji coba, "kebetulan ini kan juga gratis, tidak berbayar. Jadi kita mencoba yang gratis dulu. Kalau gratis ini fiturnya sudah bisa memenuhi apa yang kita harapkan, kita akan pakai selamanya."
Menurut pernyataan Bapak Wahyu Arief, implementasi direncanakan secara bertahap, dimulai dari presensi penuh mulai Senin, 15 Desember 2025 nanti. Kemudian dilanjutkan untuk penilaian pada Asesmen Sumatif kelas 12 sekitar Maret. Sedangkan untuk kelas 10 dan 11 akan digunakan untuk latihan pada saat pembelajaran.
Kendala teknis yang signifikan dari pihak guru dan admin hingga saat ini belum ditemukan, meski mereka menyadari bahwa tantangan sebenarnya mungkin baru akan muncul saat fitur penilaian mulai digunakan.
Persepsi Siswa: Antara Kemudahan dan Tantangan Adaptasi
Lantas, bagaimana respons para siswa, generasi digital native yang menjadi ujung tombak keberhasilan inovasi ini? Melalui serangkaian percakapan dengan beberapa siswa-siswi, terungkap sebuah narasi optimis tentang adaptasi, efisiensi, dan persiapan menghadapi era digitalisasi. Secara umum, aplikasi ini membantu efisiensi tetapi juga dihadapkan pada tantangan teknis dan adaptasi secara bertahap.
Terdapat dampak positif yang dirasakan. Sebagian besar siswa yang merespons mengakui aplikasi Skul.id membawa manfaat, terutama dalam efisiensi waktu, keakuratan data presensi, dan potensi memudahkan komunikasi sekolah. Fitur-fitur yang disebutkan siswa seperti presensi, jadwal, dan nilai juga sesuai dengan penawaran aplikasi Skul.id secara umum. Terlebih karena aplikasi ini cenderung mudah diakses hanya dengan menggunakan handphone.
Namun di sisi lain, kendala utama yang dihadapi berupa infrastruktur dan teknis. Hambatan yang paling sering disebutkan adalah masalah ketersediaan kuota data pribadi, kualitas sinyal atau jaringan internet, serta bug atau lag pada aplikasi itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan sangat bergantung pada kondisi di luar aplikasi.
Pernyataan tersebut relevan dengan tanggapan Sabrina (XII.1). “Karena baru dipakai 1 hari, kendala yang terasa yaitu kendala teknis, seperti aplikasi lemot dan error saat dibuka, kalau jaringan jelek kadang absen tidak terdata.”
Siswi lainnya juga memberikan respon serupa. “Sebenarnya membantu cuman kita butuh waktu buat beradaptasi aja,” ungkap Rizqiani (XI.1).
Seperti yang diungkapkan Rizqiani, peralihan dari sistem manual ke digital memerlukan adaptasi. Bagi sebagian siswa yang terbiasa dengan sistem lama, perubahan ini justru dirasa mempersulit. Namun seiring berjalannya waktu, siswa-siswi kemungkinan akan dapat beradaptasi dan merasakan kemudahan.
—
Harapan pihak sekolah untuk validitas ujian dan kedisiplinan presensi selaras dengan pengakuan siswa tentang manfaat mencegah manipulasi absen. Namun, pendekatan bertahap sekolah juga menjelaskan mengapa sebagian siswa merasa dampak aplikasi "belum terlalu terasa", karena fitur-fitur seperti penilaian dan komunikasi tugas memang belum dijalankan sepenuhnya. Tantangan infrastruktur (kuota dan sinyal) yang diungkapkan juga menjadi faktor kritis yang perlu diatasi agar harapan sekolah untuk penerapan yang lancar dapat terwujud.
Penerapan Skul.id di SMAN 1 Wirosari adalah sebuah upaya transformasi digital yang melibatkan seluruh elemen sekolah. Dari meja kebijakan kurikulum hingga bangku kelas, inisiatif ini diwarnai oleh harapan besar akan efisiensi, akurasi, dan pembentukan budaya disiplin mandiri.
Secara keseluruhan, penerapan Skul.id di SMAN 1 Wirosari merupakan sebuah langkah transformatif yang menjanjikan peningkatan akurasi dan kedisiplinan, namun realisasinya masih perlu dihadapkan dengan tantangan adaptasi dan infrastruktur di lapangan.
Keseimbangan antara perencanaan strategis sekolah dan umpan balik langsung dari siswa sebagai pengguna utama akan menjadi kunci dalam memastikan bahwa inovasi digital ini tidak hanya berfungsi secara teknis, tetapi juga benar-benar efektif dalam mendukung proses pembelajaran dan membangun budaya yang lebih baik di lingkungan sekolah.
Penulis/Reporter: Arfinna Irmaretta P. (XI.8) & Chika Avrillia P. (XI.4)
Jadilah yang pertama berkomentar di sini