Nayaka Wiratama dari SMAN 1 Wirosari: Meriahkan Semarak Karnaval HUT RI ke-80 di Wirosari
Wirosari, 28 Agustus 2025 – Cakrawala menjadi saksi semarak ria Kecamatan Wirosari yang sedang bersuka cita merayakan karnaval budaya dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-80. SMA Negeri 1 Wirosari ikut menjadi bagian pada karnaval hari ke-2 ini.
Memperoleh urutan ke-4, rombongan SMAN 1 Wirosari membentang dalam rangkaian formasi, antara lain: Banner; Maskot; Paskibra Pilihan; Adat; Karnival; Narator dan Sinden; Tim Penari (Warok, Bujangganong, Jathilan, Umbul-Umbul). Selain itu, bapak-ibu guru, Tim PMR (Palang Merah Remaja) dan Krealistik juga berada di dalam barisan.
Di Balik Layar Nayaka Wiratama: Persiapan dan Tantangan
Cuaca pagi yang mendukung, menandakan akan ada agenda yang sudah dinanti dari lama. Aula menjadi tempat bersiap rombongan Smansawira (SMAN 1 Wirosari) yang akan mengitari area sekitar Wirosari. Mulai dari persiapan make-up dan kostum, segalanya diusahakan dengan baik. Usai rombongan siap, mereka berjalan menuju Lapangan Kawedanan, titik kumpul semua peserta. Terdapat total 50 siswa dan 26 guru yang mewakili SMAN 1 Wirosari.
Bapak Ma'ruf Syaifudin, S.Pd.I., selaku kepala panitia menyatakan bahwa persiapan karnaval kali ini berlangsung selama 1 bulan. Dimulai dari undangan rapat dari kecamatan hingga mengadakan rapat dengan berbagai pihak guru untuk membentuk kepanitiaan—juga menyiapkan alternatif tampilan.
“Untuk tantangan tersendiri, dalam setiap karnaval, persoalan utama selalu terletak pada dana. Sebaik apapun konsep yang dirancang, hasilnya sangat bergantung pada ketersediaan dana—semakin banyak dana, semakin menarik pula tampilan yang dapat disuguhkan. Selain itu, saat latihan pun tak luput dari kendala, karena ada sebagian siswa yang jarang hadir sehingga kekompakan tim menjadi kurang maksimal,” ungkap Bapak Ma'ruf.
Bapak Ma'ruf berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengutus beberapa siswa yang mempunyai skill dalam bidang tari dan budaya Reog. Selain itu, SMAN 1 Wirosari juga menampilkan Batik Karnival yang dilakoni oleh beberapa siswi dari berbagai kelas, dengan segala resiko yang ditanggung pribadi.
“Kendala yang dihadapi, di antaranya adalah ketika mengatur sejumlah penari, terutama yang laki-laki. Ketika berlatih, beberapa penari tidak segera datang menuju GOR atau bahkan izin tidak berangkat sekolah. Sehingga personil tidak lengkap,” ungkap Ibu Siti Nur Asih, S.Pd., sebagai panitia di bagian tampilan.
“Untuk musik pengiring yang diputar melalui sound system sempat mengalami dua kali kerusakan, akibat kelalaian anak-anak yang kurang hati-hati menggunakan charger sound system,” tambah beliau.
Terlepas dari kendala yang ada, Ibu Nur juga menyatakan rasa bangganya kepada siswa dan siswi yang telah bersemangat dalam memeriahkan semarak karnaval HUT RI ke-80. Serta antusiasme mereka dalam berlatih dan bisa menampilkan yang terbaik untuk Smansawira.
Tentang Nayaka Wiratama dalam Barisan Smansawira
Pada penampilan karnaval kali ini, SMAN 1 Wirosari menampilkan Tari Reog Ponorogo, salah satu kesenian khas dari Provinsi Jawa Timur. Penampilan tersebut dibawakan oleh grup tari Nayaka Wiratama. Nama ini berasal dari bahasa Sanskerta, yang memiliki arti penguasa, prajurit, atau pemimpin. Makna tersebut dipilih untuk mencerminkan sifat keberanian, kemampuan, serta kebijaksanaan seorang pemimpin.
Ibu Nur berkata, "Filosofi yang ingin disampaikan melalui gerakan koreografi Reog adalah bahwa seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang bijaksana, berani, dan bertanggung jawab. Hal ini tercermin dari gerakan para penari yang lincah dan penuh energi."
Secara simbolis, Reog sendiri menggambarkan kemenangan kebaikan atas kejahatan, keteguhan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan, serta pentingnya harmoni dan keseimbangan. Dualitas elemen terlihat melalui simbol kekuatan yang direpresentasikan oleh Singa Barong, dan kelembutan yang digambarkan lewat Jathil. Selain itu, nilai semangat gotong royong dan patriotisme juga turut terkandung dalam setiap penampilannya.
Pasca Penampilan: Evaluasi dan Harapan
Bapak Ma’ruf Syaifudin, S.Pd.I. juga menyampaikan evaluasi terkait karnaval tahun ini. Menurut beliau, meski pelaksanaan berjalan lancar hingga selesai lebih awal sekitar pukul 15.00 WIB, masih ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki. Ke depannya, jika tujuannya adalah karnaval budaya, jumlah penampilan perlu ditambah agar lebih semarak, sementara pembedaan antara penampilan dan karnival harus lebih jelas.
Keterbatasan dana juga mempengaruhi daya tarik mobil hias serta jumlah tokoh warok yang ditampilkan. Ia berharap, tokoh warok utama dapat diambil dari bapak-ibu guru, sehingga penampilan tidak hanya didominasi siswa, tetapi juga melibatkan tenaga pendidik.
Sementara harapan dari Ibu Nur Asih yaitu agar siswa dan siswi tetap melestarikan kesenian yang ada, dapat mengembangkan bakat mereka dalam bidang seni tari dan terus belajar berkolaborasi dengan tim untuk bisa memberikan yang terbaik. Pastinya Bu Nur juga berharap semoga bisa mendapatkan juara dari kecamatan.
“Apabila belum mendapatkan juara juga tidak apa. Yang pasti anak-anak sudah menampilkan yang terbaik untuk masyarakat Wirosari. Sesuai slogan Smansawira, “Berani Juara!”, mereka tetap menjadi juara di SMAN 1 Wirosari,” jelas Ibu Nur.
Atmosfer memanas, menandai antusiasme para penonton yang meningkat. Ditambah eksistensi Pengibar Sang Saka Nasional menjadi kebanggaan tersendiri, yaitu Muhammad Rasya Alfarelhudy. Ia berada di garda terdepan barisan Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) pilihan—mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga nasional.
“Tahun kemarin, saya udah pernah nonton. Dan ternyata lebih seru tahun ini. Menurut saya, yang paling menarik dari tampilan SMAN 1 Wirosari adalah Reognya,” ungkap Tri Wulandari, salah satu penonton karnaval berdomisili Desa Tambakselo. Ia datang dari pukul 14.30 WIB bersama dengan teman-temannya.
---
Di balik irama dan hentakan gerak yang gagah, Reog Ponorogo bersama Nayaka Wiratama telah mengajarkan kita arti kepemimpinan sejati: berani, bijaksana, dan penuh tanggung jawab. Pentas ini bukan hanya suguhan budaya, tetapi juga sebuah pesan bahwa selama nilai-nilai luhur tetap dijaga, tradisi akan senantiasa hidup, menguatkan, dan mempersatukan. Sampai jumpai di karnaval budaya tahun depan!
Reporter: Arfinna Irmaretta P. (XI.8), Tim Jurnalistik SMAN 1 Wirosari
Jadilah yang pertama berkomentar di sini